Ekonomi Indonesia Diperkirakan akan Terimbas Ekonomi China pada Kuartal III - CNNIndonesia | SitusInfoPedia | SitusBolaPedia

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Ekonomi Indonesia Diperkirakan akan Terimbas Ekonomi China pada Kuartal III

Share This
Ekonomi Indonesia Diperkirakan akan Terimbas Ekonomi China pada Kuartal III

CNNIndonesia, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan pertumbuhan ekonomi China yang melambat diperkirakan berdampak pada ekonomi Indonesia pada kuartal III 2018.

Menurut dia, perlambatan pertumbuhan ekonomi China akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia.

situs qq uang asli terbaik dan terpercaya

SITUS JUDI QQ TERBAIK

Darmin mengatakan China masih membutuhkan impor dari Indonesia, terutama dalam bentuk bahan baku industri, seperti bahan kimia dasar organik, dan produk olahan kelapa sawit.

Hal itu juga terlihat dari kinerja ekspor Indonesia ke China pada Agustus lalu sebesar US$2,1 miliar atau turun US$83,5 miliar dibanding bulan sebelumnya. Kemudian, nilai ekspor Indonesia ke China turun lagi sebesar US$182,6 juta ke angka US$1,92 miliar pada September 2018.

Pelemahan permintaan ekspor ke China akan berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia, karena ekspor netto merupakan salah satu komponen pertumbuhan ekonomi.

"Sedikit banyak akan ada pengaruhnya (terhadap pertumbuhan ekonomi)," jelas Darmin kepada SitusInfoPedia saat ditemui di kantornya, Jumat (19/10).

Menurut dia, penurunan pertumbuhan ekonomi China merupakan imbas dari perang dagang yang terjadi antara Beijing dan Washington. Produksi China melambat, sehingga permintaan bahan baku juga akan menurun, termasuk dari Indonesia.

Darmin menyayangkan bahwa Indonesia harus terpapar dampak perang dagang antara dua negara besar itu, meski tidak langsung terlibat di dalamnya. "Pertumbuhan Indonesia pun kena dampak dari trade war juga," imbuh dia.

Darmin enggan menyebutkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini. Ia hanya menyebutkan perlambatan ekonomi China tak berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia pada kuartal kedua.

"Nanti tunggu hasil Badan Pusat Statistik (BPS) November," jelas dia.

Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistic/NBS) melaporkan ekonomi China pada kuartal III 2018 hanya tumbuh 6,5 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya 6,7 persen. Bahkan, angka itu melambat ke laju terlemahnya sejak krisis keuangan global pada 2009.

Sebelumnya, para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi China dalam setahun penuh ini akan mencapai 6,6 persen, dan 6,3 persen pada tahun depan.

Melambat Ke Level Krisis 2009



Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III 2018 tercatat melambat di level terlemah sejak krisis keuangan global periode 2009 silam.

Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistic/NBS) mencatat ekonomi China hanya tumbuh 6,5 persen secara tahunan pada kuartal III tahun ini. Nilai itu lebih lambat dari kuartal sebelumnya, yaitu 6,7 persen.

Sarana777 | Situs Judi Bola Online Sbobet88 Asia

Sarana777 | Situs Judi Bola Online Sbobet88 Asia

Sebelumnya, para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi China dalam setahun penuh akan mencapai 6,6 persen, dan 6,3 persen pada tahun depan.

Jika dilihat secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 1,6 persen dari revisi 1,7 persen pada kuartal II. Hal itu cukup sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan yang sama, yakni 1,6 persen. Pemicunya, didorong oleh data ekonomi terbaru Negeri Tirai Bambu yang menunjukkan pelemahan di sektor permintaan domestik.

"Perlambatan cenderung menguat, meskipun pemerintah China sudah berjanji untuk mendorong investasi domestik yang mendukung ekonomi. Permintaan domestik ternyata lebih dari ekspor secara tidak terduga," kata Ekonom Senior Pasar Negara Berkembang SMBC Nikko Securities di Tokyo, seperti dikutip CNNIndonesia dari Reuters.

Selain itu, kesepakatan antara Beijing dan Washington terkait dengan dagang terhenti. Padahal sebelumnya pernah ada rencana pembicaraan perdagangan bilateral untuk menyelesaikan sengketa ini. Hal itu memicu kekalahan ekuitas domestik dan mendorong tekanan pada ekonomi China yang sudah mengalami pelemahan nilai mata uang.

Dari sisi manufaktur, data menunjukkan pertumbuhan output pabrik China yang melemah menjadi 5,8 persen pada September, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, nilai investasi aset pada sembilan bulan pertama tahun ini meningkat sedikit lebih cepat dari perkiraan, yakni sebesar 5,4 persen. Penjualan ritel Negeri Pandar juga naik 9,2 persen, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

"Angka 6,5 persen jelas di bawah ekspetasi konsensus kami. Kelemahan sebagian besar berasal dari industri sekunder, terutama dari sektor manufaktur. Kami dapat meninjau kembali prakiraan untuk kuartal keempat kami," kata pakar ekonomi senior ANZ China Betty Wang di Hong Kong.

Pekan lalu, China mengumumkan rasio persyaratan cadangan (reserve requirement ratio/RRR) keempat yang dipotong tahun ini. Hal itu meningkatkan langkah untuk menurunkan pembiayaan di tengah kekhawatiran keadaan ekonomi dan perselisihan dagang dengan Amerika Serikat.

Melihat adanya risiko ini, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang menyatakan masih akan melihat sisi lain untuk melakukan penyesuaian suku bunga dan tingkat bank yang akan dijadikan cadangan.

Di lain sisi, Yi Gang juga mengatakan pertumbuhan negara itu masih akan mencapai target untuk setaun penuh yang telah ditetapkan, yaitu sekitar 6,5 persen dengan kemungkinan overshooting.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages